CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang
diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul
2 dalam berbagai media.
PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR
Saya merasa termotivasi dan lebih percaya diri untuk menerapkan pendekatan coaching dalam supervisi. Namun, ada juga rasa khawatir tentang kemampuan saya untuk sepenuhnya menguasai teknik-teknik coaching yang efektif.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya
dalam proses belajar:
Saya telah berhasil menerapkan beberapa teknik coaching saat
mempraktikkannya dalam ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual dengan
menggunakan alur TIRTA dan prinsip coaching, baik saat saya berperan sebagai
coach, coachee, atau pengamat (observer).
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan
dirinya dalam proses belajar:
Saya perlu meningkatkan kemampuan saya dalam merancang sesi coaching yang lebih terstruktur dan fokus sesuai alur TIRTA. Terkadang, saya merasa percakapan coaching masih belum mencapai kedalaman yang diharapkan.
5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri
pribadi:
Materi ini sangat relevan dengan kompetensi saya sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran. Ini membantu saya menjadi lebih efektif dalam memberikan supervisi yang memberdayakan dan mendukung perkembangan profesional rekan-rekan guru.
ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP
Analisis untuk Implementasi
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan
konsep materi dan menggalinya lebih jauh:
• Bagaimana cara terbaik untuk mengintegrasikan teknik
coaching ke dalam rutinitas supervisi akademik yang sudah ada?
Cara terbaik untuk mengintegrasikan teknik coaching ke dalam
rutinitas supervisi akademik yang sudah ada adalah dengan menggunakan alur
TIRTA dalam setiap sesi.
Mulai dengan percakapan pra-observasi untuk menetapkan
tujuan, lakukan observasi dengan pendekatan non-judgmental, dan akhiri dengan
percakapan pasca-observasi untuk refleksi serta perencanaan tindakan perbaikan.
Konsistensi dan keterlibatan guru di setiap tahap akan
meningkatkan efektivitas supervisi.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi
sehingga tergali wawasan (insight) baru:
Saya mencoba mengolah materi yang dipelajari dengan
menyesuaikannya dengan konteks sekolah saya.
Misalnya, menggunakan sesi coaching singkat yang fokus pada
tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh guru.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal
CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah):
Tantangan terbesar adalah waktu yang terbatas dan beban
kerja yang tinggi, yang bisa menghambat pelaksanaan coaching secara rutin.
Selain itu, ada juga tantangan dalam memastikan semua guru
terbuka dan siap menerima pendekatan coaching.
4. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang
diidentifikasi:
Sebagai solusi, saya bisa mulai dengan sesi coaching yang
lebih singkat dan terfokus.
Saya juga dapat mengintegrasikan coaching ke dalam pertemuan
atau kegiatan lain yang sudah ada, untuk menghemat waktu dan sumber daya.
MEMBUAT KETERHUBUNGAN ANTAR MATERI
1. Pengalaman masa lalu:
Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah, tetapi kegiatan tersebut hanya sekadar memenuhi kewajiban tanpa
memahami makna supervisi yang sebenarnya.
Supervisi akademik dilakukan hanya saat kepala sekolah atau
pengawas mengobservasi kelas, tanpa kegiatan pra-observasi dan pasca-observasi,
sehingga hasilnya hanya sebatas penilaian guru saja.
2. Penerapan di masa mendatang:
Harapan penerapan supervisi akademik di masa mendatang
adalah agar proses ini dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Ini termasuk tahap pra-observasi, observasi, dan
pasca-observasi.
Dengan pendekatan coaching yang berfokus pada kemitraan,
proses kreatif, dan memaksimalkan potensi, diharapkan supervisi dapat
memberikan dampak positif yang nyata bagi pengembangan kompetensi guru.
Melalui supervisi yang bermakna, guru akan mendapatkan umpan
balik yang konstruktif dan relevan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berpihak pada murid.
3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain
yang telah dipelajari:
Dalam modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, saya
mempelajari pentingnya mengenali dan memenuhi kebutuhan belajar individual
setiap siswa.
Sementara itu, modul 2.2 tentang pembelajaran sosial
emosional mengajarkan pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dan
emosional siswa sebagai bagian dari pembelajaran holistik.
Dengan menggabungkan konsep dari modul 2.1 dan 2.2, coaching
dalam supervisi akademik menjadi lebih komprehensif, mengembangkan keterampilan
coaching yang berdiferensiasi dan memperhatikan aspek sosial emosional mitra/
coachee.
Hal ini dapat menghasilkan situasi yang lebih inklusif dan
suportif, serta memperkuat kualitas hasil coaching secara maksimal.
4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di
luar bahan ajar PGP:
Saya juga mendapat banyak wawasan dari diskusi dengan
rekan-rekan dan literatur tentang coaching, yang memberikan perspektif tambahan
tentang bagaimana mengatasi tantangan dalam supervisi akademik.
Demikian Tugas Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
0 Komentar